Film "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" Between Commercialization or New Direction
Main Article Content
Abstract
Film Ice Cold : Murder, Coffee, and Jessica Wongso akhir-akhir ini menjadi isu yang kontroversial di tengah masyrakat. Satu sisi menilai terdapat kejanggalan yang luar biasa yang harus di ungkap dalam kasus pembunuhan Wayang Mirna Salihin dengan kopi sianida hingga fil ini daat dijadikan petunjuk. Pada sisi lain, sebagaian masyrakat menilai film ini berpihak, menggiring opini publik, dan sebagai alat komersialisasi oleh pihak Netfflix. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dua perspektif yang kontroversial di atas. Penelitian merupakan penelitian kualitiatf dengan pendekata deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari kutipan fil, sinopsis, buku, jurnal ilmiah, dan website yang kredibel. Data-data yang diukumpulkan dinalaissi dengan tahapan pengumpulan data, seleksi data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menujukkan 1.) The film Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso can indirectly strengthen Jessica Wongso's side in filing for extraordinary legal action/judicial review which will then be constructed by constructing an argument as if the application for reconsideration this time is based on public unrest and complaints. 2.) The film Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso has the potential to become a commercialization tool because the film is paid, viral, and has cheap production costs compared to action films, horror films, and so on. 3.) Researchers agree with singer and actor Brissia Jodie that Netflix should make a part two film with a more balanced storyline on both sides.